Professional-Amanah-Santun (PAS)

Rabu, 26 September 2012

Potret Buram Anak Bangsa

Posted by Agustiawan On 17.50 No comments

Miris rasanya ketika melihat berita tentang tewasnya siswa SMA akibat tawuran antar pelajar. Lebih mengenaskan lagi tatkala mendengar pengakuan dari sang pelaku yang ternyata seorang pelajar juga, bahwa dirinya merasa puas telah menghilangkan nyawa seorang anak manusia.Lain lagi kisah yang saya peroleh dari kakak ipar saya yang seorang guru BP di salah satu SMP di Pekanbaru tatkala penghujung minggu ini saya sempatkan untuk berkunjung ke rumahnya. Hari itu ia terpaksa pulang telat dari sekolah hanya karena untuk menyelesaikan permasalahan yang dilakukan oleh salah seorang siswanya yang secara sengaja menempelkan penggaris besi yang sudah dipanasi ke lengan temannya. Ketika dimintai keterangan, dengan entengnya pun ia berkata, "Membunuh pun saat ini saya sanggup melakukannya, Bu.". Aneh, ada apa dengan remaja kita? Apakah ada yang salah dengan bangsa ini sehingga melahirkan generasi-generasi brutal yang hampir tidak punya hati nurani lagi?



Hal ini lah yang secara tidak langsung membuat Menteri Pendidikan, M. Nuh terlihat gusar. Banyak pakar pun menilai bahwa kurangnya pendidikan akhlak disekolah-sekolah menjadi salah satu penyebab timbulnya masalah ini. Kalau mau jujur, mungkin kita harus mengakui bahwa apa yang terjadi saat ini adalah klimaks dari sebuah persoalan remaja yang dari dahulu mungkin luput dari perhatian kita. Mayoritas mereka hanya ingin menunjukkan eksistensi diri mereka kepada khalayak, hanya karena mereka kurang mendapatkan perhatian dari orang tua dan masyarakatnya. Mari kita lihat, berapa banyak kegiatan masyarakat yang melibatkan remaja dan pemuda dalam kegiatannya. Hampir sebagian besar kegiatan masyarakat hanya diikuti oleh kalangan tua saja. Belum lagi kesibukan orang tua hingga menyita waktu untuk memperhatikan anak-anaknya yang butuh bimbingan dan kasih sayang dari orang tuanya. Jadi kalau kita hanya menyalahkan remaja untuk permasalahan ini, saya pikir sangatlah tidak fair.

Sistem pendidikan kita saat ini pun lebih cenderung memperhatikan nilai akademis ketimbang akhlak dan budi pekerti luhur. Sudah jadi rahasia umum ketika sekolah berlomba-lomba melakukan "hal curang" hanya ingin mendapatkan kelulusan siswanya 100%. Belum lagi praktek suap yang terjadi hanya untuk mendapatkan hasil pendidikan yang "memuaskan" bagi murid-muridnya. Siswa selalu disuguhkan dengan pola pendidikan yang mengedepankan materi untuk mendapatkan segala sesuatunya. Dan lebih anehnya lagi, tatkala ada sebagian masyarakat yang tergerak untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan pola pendidikan akhlak kepada siswa-siswa, malah dianggap sebagai pola rekrutmen teroris. Lantas, pola seperti apa lagi yang harus dilakukan untuk merubah watak ini jika tidak melalui pendekatan personal kepada remaja, sehingga mereka merasa lebih diperhatikan?

Saya rasa, butuh peran dari semua pihak untuk mengatasi hal ini. Bukan hanya sebatas mengandalkan pendidikan formal saja, tapi juga perlu peran dari pihak-pihak yang peduli terhadap kondisi remaja kita saat ini. Jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah dibelakang kita. Apa yang akan kita sampaikan nanti tatkala kita diminta pertanggungjawaban terhadap generasi sesudah kita? Media pun juga dirasa punya andil yang besar dalam merubah karakter generasi yang akan datang. Mari semua kita berperan dengan segala yang bisa kita berikan untuk merubh potret buram anak bangsa dimasa yang akan datang.



0 comments:

Posting Komentar